Rabu, 04 Agustus 2010

TIGA PEMAIN ASING

Andraningrum, manajer klub sepakbola PSKBB, sedang pusing. Sedang ada masalah dengan keuangan klub PSKBB. Uang sponsor dan bantuan dari pemerintah daerah sudah tinggal sedikit, padahal kompetisi baru sampai setengah jalan. Gaji para pemain sudah 3 bulan tidak dibayar. Dan dia sudah bolak-balik meminta bantuan ketua klub PSKBB yang merangkap wakil kepala daerah tempat PSKBB bermarkas, tapi yang didapat cuma janji demi janji. Sudah begitu, si ketua klub malah melempar balik tuntutannya, dengan bilang seharusnya manajer yang cari duit untuk klub. Padahal dia sudah nyaris kehabisan akal mencari kesana-kemari.

Memang tidak umum seorang perempuan menjabat manajer klub sepakbola. Drani, begitu panggilan Andraningrum, adalah anak seorang tokoh masyarakat setempat yang dulu ikut mendirikan PSKBB dan stadion di daerahnya. Sepeninggal bapaknya, Drani kebagian mengurus PSKBB sementara saudara-saudara kandungnya meneruskan usaha keluarga. Kehidupan pribadi Drani sendiri kurang memuaskan, pada umurnya yang ke-30 ini dia sudah pisah ranjang dengan suaminya karena beberapa masalah. Untuk menghibur diri, Drani yang memang gila bola dan sayang kepada klub yang didirikan bapaknya terjun ke dunia persepakbolaan secara serius, sebagai manajer PSKBB dan juga membina sekolah sepakbola.

Drani

PSKBB sedang cukup berprestasi di Liga, sedang berada di peringkat ke-2 dan terus mengancam kedudukan klub bermaskot singa yang menjadi pemimpin klasemen. Kalau semua lancar, bukan mustahil PSKBB menyalip “Singa” dan menjuarai Liga. Keberhasilan PSKBB musim ini terutama disebabkan tiga pemain asing baru asal Afrika, yang terbukti mumpuni di lapangan dan sulit dibendung lawan. Tapi harus diakui ketiganya juga cukup menguras kemampuan keuangan PSKBB karena gaji mereka lumayan tinggi. Ketika pemasukan seret dan gaji tak lancar, ketiga pemain Afrika itu mulai protes dan terakhir mereka mengancam akan pindah ke klub lain dan melaporkan klub ke badan sepakbola dunia.

Setelah berpikir-pikir, Drani mendapat satu cara agar setidaknya bisa mempertahankan ketiga pemain Afrika itu, sampai dia mampu mencari tambahan pemasukan dari sponsor atau pemerintah.

*****

Sore hari, waktunya latihan. Para pemain sedang mempersiapkan diri untuk laga kandang melawan klub tetangga yang suporternya dikenal tak bermodal tapi sering membuat kerusuhan. Drani sibuk berkoordinasi dengan aparat untuk persiapan penjagaan keamanan; suporter tim tamu pasti akan datang ramai-ramai dan mungkin bikin ribut, jadi pengamanan harus seketat dan sekeras mungkin. Sesudahnya, Drani langsung menuju stadion.

Sesampai di stadion, Drani menemui pelatih PSKBB, seorang mantan bek tim nasional, dan memintanya menyuruh ketiga pemain asing menghadapnya di ruangannya. Si pelatih menyanggupinya lalu masuk ke lapangan untuk memanggil mereka. Tapi sebelum bergerak, si pelatih sempat berkomentar kepada Drani.

“Cakep amat Bu, hari ini?” katanya sambil nyengir.

“Bisa aja kamu. Mau ada perlu nih,” jawab Drani.

*****

Tiga orang pemain asing PSKBB asal Afrika sudah berkumpul di ruang manajer. Yang pertama, Adama Badou asal Pantai Gading. Dilihat dari perawakannya, Adama tidak istimewa, karena tubuhnya sama besar dengan rata-rata pemain lokal. Kelebihan Adama adalah pada akselerasi dan kecepatan larinya, yang membuat dia sangat berbahaya sebagai pemain sayap yang menyerang sepanjang pinggir lapangan. Adama berwajah lumayan ganteng dengan rambut cepak.

Pemain asing PSKBB yang kedua adalah Francis Njona asal Kamerun. Francis adalah pemain bertubuh paling besar di PSKBB, perawakannya lebih cocok jadi pegulat daripada pemain sepakbola. Posisinya sebagai bek tengah tak tergantikan, dan dia dikenal tanpa kompromi dalam menjegal dan menghadang penyerang lawan. Selain bertubuh besar dan gempal, Francis juga botak dengan mata besar seperti selalu melotot; wajahnya yang seram itu saja sudah membuat pemain lawan yang berhadapan dengannya gentar.

Yang ketiga adalah Ethan Rabiu asal Nigeria, striker jangkung dengan tinggi tubuh hampir 2 meter, pencetak gol terbanyak bagi PSKBB. Ethan tak terkalahkan dalam perebutan bola di udara dan sundulan mautnya sudah berkali-kali memberikan kemenangan kepada PSKBB. Rambut Ethan ditata dreadlock dan dicat merah. Suporter PSKBB selalu menunggu selebrasi Ethan, yaitu menggendong sesama pemain di punggung, yang dilakukannya sesudah menjebol gawang lawan.

Tiga pemain berkulit hitam itu duduk-duduk dengan resah di dalam kantor manajer, masih mengenakan seragam PSKBB yakni kaos putih dan celana hitam. Meskipun kontribusi mereka besar kepada keberhasilan PSKBB, tapi imbalan yang mereka terima sedang seret. Gaji seluruh pemain dan ofisial KBB memang sudah tiga bulan tak dibayar. Ketiga pemain asal Afrika itu digaji paling besar, sehingga mereka pula yang protes paling keras. Mereka sudah menyatakan berbagai ancaman kepada manajemen klub. Suporter juga mendukung tuntutan mereka, karena ketiganya termasuk pemain favorit. Dan Drani sendiri masih menginginkan mereka bertiga tetap di PSKBB.

Pintu terbuka dan Drani masuk. Adama, yang paling tua di antara mereka bertiga, bertindak mewakili teman-temannya dan langsung membuka pembicaraan.

“Ibu Drani. Apa hari ini Ibu suda ada keputusan tentang salary kami? I hope you bring good news,” kata Adama dengan bahasa gado-gado, campuran Indonesia dan Inggris yang terdengar lucu karena berlogat Afrika.

Sebetulnya Drani belum mendapat kemajuan dalam pencarian dana. Tapi dia merencanakan sesuatu yang lain. Seperti tadi diperhatikan si pelatih, hari itu Drani memang sengaja tampil lebih cantik. Kalau biasanya dia tampil dengan blazer dan celana panjang seperti biasanya wanita karier, hari ini Drani mengenakan gaun biru tanpa lengan yang memperlihatkan kulit pundak dan lengannya yang putih mulus. Drani memang berkulit terang karena dia berdarah campuran, ayahnya pribumi sementara ibunya keturunan Tionghoa. Pinggangnya yang masih ramping dibelit sabuk putih lebar, sedangkan dadanya terlihat membusung di balik gaun biru yang dikenakannya. Kalau biasanya Drani hanya mengenakan make-up tipis, kali ini dia bersolek lebih tebal, dengan eyeshadow coklat tua dan lipstik pink. Dan ketiga pemain Afrika itu memperhatikan perbedaan penampilan manajer mereka, mata mereka tak lepas-lepas dari Drani sejak Drani memasuki ruangan.

“Hmm… Saya masih berusaha,” Drani menyampaikan berita mengecewakan. “But don’t worry, bulan depan pasti gaji kalian akan turun.”

Francis langsung mencibir, “Huuu!”, Ethan mendengus, dan wajah Adama berubah kesal. “Ibu Drani,” kata Adama, “Come on, we not social workers here? Kita main bola mau dapat uang. I must send money to my family. Mereka di sana tunggu-tunggu saya kirim uang.” Francis dan Ethan mengangguk menyetujui.

“Iya, ngerti,” kata Drani, “maaf ya. Sorry. Mohon bersabar…”

“Sorry? Sorry don’t feed my family, boss,” Adama terus berkomentar. Di antara ketiganya, dia yang paling banyak diincar klub lain untuk ditransfer. “Kalau begini saya pindah ke klub lain, maybe they pay me more.”

“Tapi saya punya tawaran lain,” kata Drani, sambil mendekati Adama. Adama memandangi Drani, yang sedikit lebih pendek daripada dirinya. Drani dekat sekali dengan Adama sehingga pemain sayap itu bisa mencium wangi parfum yang dipakai si manajer. Ketika memandangi wajah Drani, Adama tidak bisa tidak melirik juga ke belahan dada Drani yang mengintip dari balik gaun birunya.

“What kinda offer?” kata Adama.

Drani menjawab, “Seperti saya bilang. Kalian akan dibayar bulan depan. Saya tambah bonus lain, yang bisa dinikmati sekarang. Bagaimana?” Drani berkata seperti itu sambil merapat ke tubuh Adama, sambil tangannya merangkul pinggang Adama yang kencang. Adama langsung tahu apa maksud manajernya itu.

“Is it worth it?” tanya Adama.

“Kita mulai bicarakan saja,” kata Drani, kemudian si manajer berpindah merangkul leher Adama. Detik berikutnya Adama merasakan bibir lembut Drani menyentuh bibirnya dalam sebuah ciuman. Adama tak menolak dan dia membalas ciuman hangat Drani, sementara tangannya merangkul tubuh Drani. Sepertinya Adama tidak perlu diberitahu apa niat Drani, karena dia langsung memanfaatkan keadaan dengan meraba pantat manajernya itu.

“Ibu Drani? What the hell is this?” Ethan tidak langsung paham apa maksud perbuatan manajernya. Tapi Francis menyuruh Ethan diam dulu.

Drani melepas bibir Adama, lalu berbisik kepada Adama, “I’m sure you will like it,” sementara tangan Drani mulai nakal menjelajah ke celana pendek Adama, menyentuh bagian depan selangkangan si pemain sayap. Adama tersenyum. “Saya coba dulu,” katanya. Drani beberapa kali meremas lembut benda yang mulai membesar di balik celana Adama. Drani pun tak buang-buang waktu, dia langsung menarik turun celana dan celana dalam Adama. Karena sudah berencana berbuat seperti ini, tadi Drani sudah bersiap-siap dengan mengunci pintu. Ruang manajer juga tak berjendela sehingga tidak ada yang bisa mengintip apa yang terjadi di dalam, hanya empat orang manusia itu saja yang tahu.

Kejantanan Adama yang sudah setengah keras pun terlihat. Drani pun jadi tahu, bahwa yang bilang batang orang Afrika paling panjang itu tidak sepenuhnya benar. Kemaluan Adama dilihatnya sama saja ukurannya dengan barang mantan suaminya, hanya saja yang ini kelihatan lebih gemuk. Tak apa. Sambil tersenyum, Drani mulai mengelus-elus batang hitam itu agar makin keras dan besar.

“Buka baju. Biar tamba keras,” suruh Adama, yang sudah paham apa maunya Drani. Drani memerosotkan bagian bajunya yang menggantung di bahu, sehingga sepasang payudaranya yang berukuran 34C terbebas dari kungkungan dan melambung menantang si pemain asal Afrika.

“Whooo…” Francis yang sedari tadi diam saja mulai bergerak, mendekat. “Nice,” komentarnya. Tangannya yang besar dan hitam terangkat, seperti mau menjamah payudara Drani, tapi Francis kemudian ragu dan mengurungkan niatnya. Drani menengok ke arah Francis dan tersenyum. “Mau? Boleh kok…” Drani mengizinkan.

Diberi kesempatan, Francis tidak menyia-nyiakan. Bek asal Kamerun yang bertumbuh kekar itu langsung menjulurkan tangan lagi, memegang payudara si manajer. Tangan Francis yang besar mencengkeram dan memijat-mijat daging dada putih Drani dan mencubiti kedua puting Drani sampai menegang akibat terangsang. Francis terus mengucel-ucel payudara Drani sementara Adama menonton. Dan akibatnya, kejantanan Adama bangkit sampai mencapai panjang maksimalnya. Drani pun berlutut di depan Adama dan mendekatkan mukanya ke batang hitam yang baru menggeliat bangun itu.

Drani menjilat sekujur batang dan kepala penis Adama. Meskipun dia sudah berpengalaman dengan laki-laki, baru kali ini dia melihat “senjata”-nya orang Afrika. Ukurannya ternyata tak jauh beda dengan milik pribumi. Rambut kemaluan Adama juga keriting seperti rambut di kepalanya. Drani menengok ke samping dan melihat gundukan di balik celana Francis, dan dilihatnya juga Ethan si jangkung mulai memegang-megang batangnya sendiri. Drani lalu meneruskan membasahi sekujur batang Adama. Lalu, sambil mengelus-elus biji pelir Adama, Drani mulai memasukkan penis Adama ke dalam mulutnya, pelan-pelan.

Rasa dan bau tongkol orang Afrika beda, pikir Drani. Dari mereka bertiga, Adama yang badannya paling kecil. Gimana yang lain? Hiii…

Akhirnya Drani sampai juga ke batas, mengulum seluruh penis Adama sementara hidungnya sampai menyentuh jembut Adama. Dikulumnya penis panjang itu beberapa lama, lalu dia mundur pelan-pelan sambil mengambil nafas. Drani terus mundur sampai akhirnya batang Adama keluar lagi.

“Do it again,” perintah Adama. Dan Drani memang mau melanjutkan. Dia kembali mengisap tongkol hitam itu, lidahnya menari-nari seputar batang yang tegang. Dijilatnya cairan yang mulai meleleh keluar dari lubang. Drani berusaha lagi menelan seluruh penis Adama, sambil menyedot, berusaha mendapatkan apa yang dia inginkan.

Adama tidak bisa tahan terlalu lama karena keahlian Drani, dan dia menggerung, memberi tanda akan ejakulasi. Semburan benih panasnya muncrat di dalam mulut si manajer. Drani menelan semuanya dan menjilati sisa-sisanya sebelum akhirnya melepas penis Adama yang melemas dari mulutnya. Adama mengeluarkan suara-suara tanda keenakan dan memuji kemampuan manajernya menyepong. Drani merasakan sperma yang rasa dan baunya berbeda itu, kurang enak menurutnya. Dia berusaha menahan reaksi mual agar tidak terkesan tak suka.

Ethan yang sedari tadi menonton dan Francis yang sudah kebagian memegang-megang kini mendekati Drani. Tanpa disuruh, keduanya memelorotkan celana masing-masing dan memamerkan barang mereka di depan Drani. Drani menatap kagum. Francis seukuran dengan Adama, walaupun karena tubuhnya besar, milik Francis jadi berkesan lebih kecil; sementara kejantanan Ethan pas dengan postur tubuhnya yang jangkung, panjang, lebih panjang beberapa senti daripada teman-temannya. Drani seumur hidup belum pernah melihat penis sepanjang itu. Bisa tidak dia menelan yang ini?

Drani mengangkat kedua tangannya dan memegangi kedua tongkol Afrika itu, membanding-bandingkan. Tangannya yang putih kontras dengan batang-batang yang coklat tua itu. Drani menaikkan penis Francis dan melihat kantung pelirnya yang besar dan berambut, menggantung di bawah. Drani lalu memiringkan kepala dan menjilati sekujur biji Francis, sehingga Francis menggerung keenakan. Kemudian Drani beralih ke Ethan. Drani menjilati satu sisi batang Ethan yang panjang itu dari pangkal sampai ujung, lalu di sisi satunya dari ujung sampai pangkal.

Drani kemudian membuka mulut lebar-lebar dan mengulum kepala burung Francis. Sungguh pemandangan yang erotis, wajah putih Drani ditancapi penis hitam Francis, seorang perempuan cantik berkulit terang berlutut di depan seorang laki-laki berkulit hitam dan berwajah seram. Francis meraih kepala Drani dan menariknya ke depan sehingga penisnya makin jauh menerobos rongga mulut si manajer. Sementara itu, tangan Drani menggosok-gosok kejantanan Ethan. Saking panjangnya, perlu dua tangan untuk dapat menggenggam seluruh batang si striker jangkung.

Waktu penis Francis sudah masuk sejauh mungkin, Drani berhenti sebentar untuk bernafas. Hidung Drani nyaris menempel ke jembut dan perut Francis, dan Drani mencium aroma tubuh orang Afrika yang beda. Pelan-pelan Drani menggerakkan kepalanya maju-mundur, mulutnya menyetubuhi batang hitam Francis.

Drani lalu melepaskan sebentar penis Francis dari mulutnya, lalu dia meludah ke telapak tangan sendiri. Telapak tangannya yang basah itu kembali melanjutkan tugas merangsang barang milik Ethan. Setelah melumuri seluruh batang yang panjang itu, Drani berganti menawarkan kelembutan bagian dalam mulutnya ke Ethan, sedangkan tangannya untuk Francis. Sambil membelai-belai biji pelir Francis, Drani mulai mencoba mengulum sekujur penis Ethan. Tidak bisa, rupanya. Terlalu panjang.

“Yeah… That’s fishin’ great…” Ethan keenakan disepong oleh Drani. “Can you suck all of it, bitch?” Ethan mendorong pinggulnya ke depan, memaksa batangnya yang panjang itu masuk lebih jauh, sambil mencengkeram kepala Drani dan mendesaknya mendekat. Tetap saja ada beberapa senti bagian pangkalnya yang tak masuk, sementara Drani mulai tersedak dan matanya berkaca-kaca. Drani terbatuk ketika ujung burung Ethan menyodok pangkal tenggorokannya.

Mulut Drani terus naik-turun menyepong Ethan. Gede dan panjang banget! pikirnya. Mulutnya mulai pegal selagi dia berusaha mengulum seluruh batang itu. Sekali-sekali dia tersedak. Ethan terus melenguh keenakan.

“Hey, isep punya saya juga,” Francis merasa diabaikan, lalu memaksa Drani melepas penis Ethan. “I wanna fish your mouth. Open.” Ganti Francis yang mencengkeram kepala Drani, lalu memaksanya mendekat. Selama beberapa menit kemudian, mulut Drani disetubuhi Francis. Tiap dorongan pinggul Francis membuat kantong pelir si bek yang besar menggantung itu menampar dagu Drani. Dan setelah beberapa lama, baik Francis maupun Ethan yang kebagian permainan tangan Drani belum juga menunjukkan tanda-tanda akan keluar. Tubuh Francis dan Ethan yang sama-sama besar membuat Drani terlihat kecil sekali; mata kedua pemain Afrika itu tak lepas dari tubuh seksi Drani, terutama kedua payudaranya yang sudah tak tertutupi. Kulit putih yang mulus, rambut hitam yang jatuh terurai di bahu. Drani memperhatikan tatapan mereka dan membuka kancing di punggung gaunnya, sehingga gaun itu pun merosot ke lantai memperlihatkan seluruh figurnya. Si manajer kini tinggal mengenakan kalung berlian yang berkilau, anting, dan celana dalam. Adama yang sedang tidak dilayani pun jadi tegang kembali kejantanannya. Si pemain sayap itu duduk di meja, mengocok barangnya sendiri, sambil tersenyum memperlihatkan sebaris gigi putih.

Sekarang di depan Drani ada dua kejantanan, milik Francis di dalam mulutnya dan milik Ethan yang menunggu giliran. Ethan menyuruh Drani menyervis dua-duanya sekaligus. Drani mengeluarkan tongkol Francis dari mulutnya dan menengok ke atas, menceletuk “Mana bisa?” tapi toh dia menggenggam kedua batang itu dan mencoba menelan keduanya sekaligus. Agak susah. Jadi dia jilat kepala dua zakar itu kemudian dia coba lagi, buka mulut lebar-lebar. Lalu pelan-pelan dicobanya menelan dua penis hitam sekaligus. Cuma muat sampai kepalanya. Francis bertepuk tangan dan nyengir. Akhirnya Drani terpaksa mengeluarkan milik Ethan dan melayani Francis saja. Tak lama kemudian Francis juga mengeluarkan benihnya di dalam mulut Drani. Drani merasakan mulutnya penuh, tidak hanya dengan batang besar Francis, tapi juga cairan hangat yang keluar dari sana. Sebagian sampai berleleran keluar dari mulut.

Francis baru mengeluarkan anunya dari mulut Drani setelah puas. Giliran Ethan. Tapi Ethan juga sudah cukup lama menahan burungnya muncrat; baru saja Drani mulai menyervisnya lagi dengan menjilat dari bawah ke atas, si striker jangkung sudah berejakulasi. Berhubung posisinya masih ada di luar, jadilah mani yang keluar itu tumpah ke rambut dan dahi Drani.

Drani sendiri mulai resah gara-gara membayangkan hal-hal lain. Gede banget… hitam, besar, berurat… Di mulut aja susah muatnya… apalagi di bawah sana?

“Ahh… Nggak muat?” gumam Drani, terhanyut dalam khayalan.

“Ibu Drani,” kata Adama, “Cuma ini tawarannya?”

Drani melihat Adama tersenyum sinis.

“You want more?” tanya Drani.

“Of course,” jawab Adama dengan yakin. Kedua temannya juga mengangguk.

“Siapa mau duluan?” tanya Drani lagi sambil tersenyum genit. Tanpa berunding dulu, Adama maju. Drani menyuruhnya berbaring di lantai. Adama duduk di lantai, membuka kaos, lalu berbaring seperti disuruh Drani. Kejantanannya sudah tegang lagi. Drani melepas celana dalamnya lalu mengangkangi badan Adama, menempatkan vaginanya di atas penis Adama. Batang yang keras itu rebah di atas perut Adama yang berotot, dan Drani menggesek-gesekkan rekahan memiawnya di sekujur batang itu. Drani menaikkan badan sedikit dan menggenggam zakar Adama. Ditempatkannya kepala burung hitam itu di lubang puki-nya, dan pelan-pelan diturunkanlah badannya. Kedua pemain lain, Francis dan Ethan, menyaksikan kemaluan teman mereka menerobos kewanitaan manajer tim PSKBB.

“OH! Ohh… aa enakh… Adama… gede banget!” Drani menceracau mesum ketika vaginanya dimasuki Adama. Padahal belum semuanya masuk. Drani mengangkat sedikit pinggulnya, lalu menurunkan lebih jauh lagi. Vaginanya terdesak makin dalam oleh penetrasi si pemain sayap. Cairan kewanitaannya membanjir.

“AH! Aaa… ah, hah… aduh… dapet… ehh…” Drani tiba-tiba mendapat klimaks, gara-gara dia keburu membayangkan dient*t oleh orang-orang Afrika itu sejak tadi. Cairan memiawnya membanjir membasahi penis Adama. Tapi dia terus menunggangi kejantanan Adama dalam posisi woman on top. Adama pelan-pelan mulai mengimbangi kebinalan manajernya, menyodok-nyodok lubang kenikmatan manajernya yang becek.

Francis berdiri dan berjalan ke belakang Drani sambil melepas kaos. Tubuhnya yang hitam gempal terlihat menyeramkan, namun bagi Drani yang mulai terhanyut birahi, itu hanya membuatnya membayangkan hal-hal lain. Francis meludahi tangannya sendiri lalu mengocok kemaluannya sampai tegang, lalu berjongkok di belakang Drani yang sedang menggoyang rekan satu timnya. Drani menjerit sejenak ketika merasakan jari Francis bermain di lubang anusnya. Di situ? Francis? Dengan ukuran seperti tadi? Aduh mak! Tapi Drani malah sengaja menggoyangkan bokongnya, mengundang Francis untuk berbuat hal-hal lain. Dan terjadilah. Francis menyiapkan senjatanya di depan pintu belakang Drani, siap menerobos masuk.

Pelan-pelan Francis memasukkan tongkolnya ke dubur Drani. “UUAAGHH!” Drani mengerang selagi Francis berusaha menjolokkan seluruh batangnya ke dalam. Drani basah kuyup berkeringat akibat ulah kedua pejantan Afrika yang menyetubuhinya. Adama menggenggam erat pinggangnya dan menyodok keras-keras ke atas. Drani menjerit selagi sodokan tadi berhasil memasukkan seluruh batang Adama ke dalam vaginanya, sampai ke pangkal.

“AAA! fish ME!!” jerit Drani kepada kedua orang Afrika itu. Ethan, yang belum kebagian, bergerak ke depan Drani dan menyodorkan kemaluannya yang sampai berdenyut karena tak tahan. Drani menelannya tanpa ragu-ragu, sedalam mungkin sampai kepala burung Ethan menyodok pangkal tenggorokannya. Satu batang zakar hitam menggempur kewanitaan Drani dari bawah, dan satu lagi yang sama hitamnya meluncur keluar-masuk lubang pantatnya. Dan satu lagi, yang lebih panjang dibanding yang lain, disodokkan ke dalam mulutnya. Penuhlah ketiga lubang Drani dengan daging lelaki.

Keluhan “MMMFFF!!” keluar dari mulut Drani yang disumpal penis. Dia sedang mendesak ke bawah menggencet Adama sementara kejantanan Francis sedang masuk sedalam-dalamnya dari belakang. Ethan terus mengent*t mulut Drani. Drani tiba-tiba mulai dirayapi rasa gemetar selagi klimaks mulai melanda.

“AAAFFFMMMM!!” jerit Drani dengan mulut masih tersumbat. Teriakan yang terdengar seksi itu membuat Ethan tak tahan dan ikut mengalami orgasme, ejakulasinya yang panas dan lengket mulai membasahi rongga mulut Drani. Dengan kasar Ethan menjambak rambut Drani dan mencengkeram kepala Drani, memaksa si manajer menelan semua buangannya. Drani hanya bisa pasrah karena tak mampu melepaskan kepalanya, padahal dia mulai kehabisan nafas dan tersedak karena terlalu panjangnya zakar Ethan. Tapi Ethan tak juga melepasnya walaupun Drani mulai tersengal-sengal sambil tangannya menepuk-nepuk paha Ethan, minta dilepas. Si striker jangkung itu malah tersenyum jahat, berkomentar, “Suck it, bitch!” sambil terus menembakkan peluru-peluru cairnya di dalam mulut. Drani merasa mulutnya pegal, muak dengan rasa peju Ethan, tapi dia tak bisa lepas; matanya sampai berkaca-kaca ketika dia mendelik ke atas seolah minta dikasihani Ethan. Tapi Ethan malah kelihatan kesenangan melihat Drani seperti tersiksa itu. Dia baru melepas Drani ketika tongkolnya sudah melemas.

Setelah dilepas, Drani terbatuk-batuk sambil menutup mulut dengan tangan, sebagian mani Ethan terdorong keluar. Sambil terengah-engah, Drani melihat cairan kental putih kekuningan berbau tak enak yang tertadah di tangannya. Ingin dia memuntahkan semua yang barusan dia telan, tapi pikirannya keburu diserbu sensasi dari bawah dan belakang. Adama dan Francis belum selesai. Tubuh Drani terguncang-guncang akibat kuatnya gerakan kedua pemain berkulit hitam yang perkasa itu, yang makin lama makin cepat. Keduanya sudah mulai tak tahan. Adama menyodokkan penisnya sejauh mungkin ke dalam vagina Drani, dan menyemburkan peju hangat di dalam rahim Drani. “Uuuooohhh!” Francis menggerung keras selagi dia ikut menyemprotkan benihnya di dalam pantat Drani. Seperti Ethan sebelumnya, ejakulasi kedua pria itu lama sekali dan banyak, memenuhi tubuh Drani dengan benih asing, sementara Drani kembali kejang-kejang dilanda orgasme. Akhirnya Drani roboh kelelahan ke dada Adama. Adama dan Francis mencabut senjata masing-masing dari tubuh manajer mereka.

Peju mengalir dari lubang pantat Drani yang masih sedikit menganga, dari rekahan kewanitaannya yang meregang, dan dari sela-sela bibirnya. Si manajer cantik itu terkapar, terengah-engah, di atas tubuh Adama, menikmati sensasi disetubuhi tiga laki-laki dari benua hitam sambil berusaha mengendalikan lagi pikirannya. Dia merasakan tangan Adama menyentuh wajahnya.

“Bole juga tawarannya, Ibu Drani,” kata Adama sambil terengah-engah. “Kami bisa dapat ini kapan saja?”

“Bagaimana… hhmm… kalau setiap kali menang?” Drani menawarkan. Adama balik menawar, “Hmm… Bagaimana kalau sesudah tiap kali main? Any result?”

Drani berpikir sebentar, membayangkan kenikmatan yang dia sendiri dapatkan barusan, lalu otak profesionalnya kembali berjalan dan dia pun tidak mengalah. “Kalian dibayar supaya PSKBB juara, jadi bonus hanya dikasih kalau ada kontribusi. Hanya kalau menang. Take it or leave it. Setuju?”

Wajah Adama yang ganteng itu terlihat berpikir, lalu tersenyum.

“Deal,” katanya.

*****

Dua hari kemudian, dalam pertandingan liga, PSKBB menang 3-1 atas tim tamu dari kota sebelah. Ketiga gol dicetak lewat sundulan Ethan Rabiu setelah menyelesaikan operan akurat Adama Badou dari sayap kanan, sementara satu-satunya gol balasan tim tamu datang dari penalti pada menit-menit akhir pertandingan akibat pelanggaran sangat keras terhadap striker mereka oleh Francis Njona, palang pintu PSKBB. Njona memang dikartu merah karena pelanggaran itu, tapi sampai dia dikeluarkan, striker lawan sudah babak belur karena tidak mampu melewati penjagaan ketat si bek asal Kamerun. Pendukung PSKBB bersorak-sorai mengelu-elukan ketiga pemain asing tim mereka; berkat kemenangan ini, posisi PSKBB di klasemen naik menggeser tim “Singa” dari puncak. Suporter tim lawan yang tak bermodal tapi suka merusuh berusaha membuat keributan dengan mengajak tawuran, tapi pengamanan yang cukup ketat menggagalkan usaha mereka.

Seusai pertandingan, Manajer Andraningrum memberikan bonus kemenangan yang sudah dia janjikan kepada ketiga pemain asing itu. Selama satu jam di ruang manajer ketiganya dapat menikmati kembali tubuh sang manajer. Drani kembali terengah, merintih, menggeliat, mengerang seksi ketika menyerahkan tubuhnya untuk dinikmati tiga laki-laki yang sudah berjasa bagi tim sepakbolanya.

Hanya saja…

Ketika Drani keluar bersama-sama ketiga pemain asing itu dari ruang manajer, ternyata di luar ruang manajer semua pemain PSKBB yang lain (semuanya pemain lokal) dan pelatih sudah menunggu.

Sutiono, kapten PSKBB dan penjaga gawang, membuka pembicaraan.

“Bu Drani. Saya rasa kita semua perlu kejelasan soal gaji. Tadi kami sudah main sebaik-baiknya, jadi bisa menang. Rasanya nggak fair kan kalau kami capek-capek usaha tapi gaji ditunda-tunda terus. Nah, kemarin saya habis ngobrol sama Adama, tentang bonus yang Bu Drani tawarin…”

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda